ISMADI Amrin awalnya senang karena ada penerbangan
Lion Air dari Bandara Halim Perdanakusuma. Selama ini warga Depok, Jawa Barat, itu mesti menempuh tiga jam dari rumahnya ke
Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng, Tangerang, jika hendak pulang kampung ke Mataram, Nusa Tenggara Barat. Ia membayangkan perjalanan ke Halim cukup ditempuh sekitar satu setengah jam via Cimanggis, Depok. Namun Ismadi kecewa karena maskapai Lion Air batal melayani penerbangan dari Halim. ”Saya ingin Lion Air bisa membuka penerbangan dari Halim Perdanakusuma,” Ismadi berharap.
Lion Air bukan satu-satunya yang membatalkan terbang dari Halim. Garuda Indonesia dan AirAsia juga batal menggunakan pangkalan militer itu untuk sebagian penerbangan. Hanya Citilink yang akhirnya melayani rute penerbangan dari Halim. Padahal tiga maskapai itu, menurut Direktur Angkutan Udara Kementerian Perhubungan Djoko Murjatmodjo, sudah mengurus izin terbang. Namun, saat izin diproses, mereka membatalkannya.
Dari awal di zaman Belanda, Halim memang merupakan pangkalan udara militer. Sebagai lapangan terbang sipil, Belanda menggunakan Kemayoran. Tapi, karena Kemayoran terlalu sesak, pemerintah Indonesia menggunakan Halim untuk penerbangan internasional pada 1970.
Setelah Bandara Soekarno-Hatta berfungsi pada 1985, Halim kembali menjadi pangkalan udara militer. Pemerintah tahun lalu memutuskan menggunakan kembali Halim untuk penerbangan sipil karena Bandara Soekarno-Hatta sudah terlalu sibuk. Tapi rupanya rencana itu tidak berjalan mulus dan sekarang sebagian besar maskapai penerbangan mengurungkan niat terbang dari Halim. Menurut Djoko, Garuda batal terbang dari Halim karena maskapai pelat merah itu ingin berkonsentrasi di Bandara Soekarno-Hatta. Sedangkan alasan AirAsia adalah tidak ingin menambah biaya menambah staf di Halim. ”Lion air juga. Terakhir kami mendapat konfirmasi, mereka tidak jadi,” ujar Djoko.
Garuda menyatakan akan berkurang efisiensinya jika memindahkan sebagian jadwal ke Halim. Juru bicara Garuda, Pujobroto, mengatakan sebagian penumpang Garuda dari daerah memiliki penerbangan lanjutan, termasuk ke luar negeri. Padahal penerbangan internasional hanya dari Soekarno-Hatta. “Sehingga, kalau ada penumpang Garuda yang mempunyai penerbangan lanjutan mendarat di Halim, penerbangan lanjutannya akan sulit dilaksanakan,” tutur Pujobroto.
Selain itu, Garuda adalah maskapai full service, bukan penerbangan murah. Layanan penumpang mesti sama dengan di Soekarno-Hatta, lengkap dengan premium check-in dan executive lounge. “Dengan keterbatasan sarana yang ada di Bandara Halim, hal tersebut agak sulit dilaksanakan,” tutur Pujobroto. Dengan alasan ini, Garuda menyatakan akan menghibahkan jatah jadwal di Halim ke anak usahanya, Citilink.
Sementara Garuda sudah mantap batal, Lion Air menyatakan masih mengkaji kelayakan ekonomi terbang dari Jakarta Timur itu. Direktur Urusan Umum Lion, Edward Sirait, mengatakan perusahaannya masih mengkaji penggunaan ruang udara di kawasan Halim yang saat ini juga dipakai pesawat militer, sekolah penerbangan, dan pesawat sewaan. Lion hanya mendapat jatah 7 kali dari 37 jatah penerbangan yang tersedia untuk penerbangan berjadwal ini. “Rute kami banyak. Tapi, begitu kita ramu, ternyata riilnya enggak cukup sehingga harus dipikirkan matang bagaimana mendesain produknya karena penumpang kami kan tidak semua bertujuan Jakarta,” ujar pria yang biasa dipanggil Edo itu.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Lion Air bukan satu-satunya yang membatalkan terbang dari Halim"
Post a Comment
Kritik dan Saran yang membangun dari Anda sangat KAMI harapkan.
Silahkan isi KOMENTAR anda yang membangun untuk kemajuan dan koreksi di blog ini. No Sara, No Racism