Pada usia senja, mantan presiden
Bacharuddin Jusuf Habibie, 77 tahun, seolah tiada henti bekerja bagi kemajuan bangsa. Tahun lalu, pakar kedirgantaraan itu memprakarsai PT Regio Aviasi Industri (RAI) bersama putra sulungnya, Ilham Akbar Habibie, dan mantan Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Erry Firmansyah. Lewat RAI, Habibie menggagas produksi
pesawat R80 (
Regio Prop berkapasitas 80 penumpang) sebagai kelanjutan dari N-250, yang batal diproduksi PT Dirgantara Indonesia seiring dengan kejatuhan Orde Baru. Dia menjanjikan
R80 bakal lebih canggih dan efisien ketimbang pendahulunya dan pesawat sejenis di kelasnya.
Kredibilitas dan integritas Habibie rupanya masih amat disegani. Meski R80 masih dalam taraf desain, sejumlah maskapai penerbangan nasional sudah antre memesannya. Nam Air maskapai penerbangan baru anak usaha PT Sriwijaya Air misalnya, akhir September lalu memesan 100 unit.
Citilink anak usaha
Garuda Indonesia dan
Lion Air pun ikut melirik pesawat tersebut.“Terbang dari Jakarta ke Surabaya dengan 80 seater biasanya orang butuh 1,5 jam,
R80 butuh 2 jam tapi harganya setengah. Makin tinggi harga BBM, makin unggul R80. Anda di pesawat, sudah takeoff, buka laptop boleh-boleh saja. No problem,” ujarnya penuh percaya diri seperti biasanya kepada Kustiah, Selasa tiga pekan lalu.
Direktur Utama PT RAI Agung Nugroho turut mendampingi Habibie selama wawancara, yang berlangsung lebih dari dua jam di kediamannya, kawasan Patra Kuningan, Jakarta. Berikut ini petikannya.
Beberapa maskapai penerbangan nasional sudah memesan R80. Seberapa canggih pesawat ini dibandingkan dengan ATR (pesawat jarak pendek bermesin twin-turboprop buatan Prancis-Italia)?
Jelas lebih bagus R80, dong. Saya rencanakan masak lebih jelek? N-250 sampai hari ini merupakan satu-satunya pesawat terbang yang punya teknologi fly by wire. Dia (ATR) belum. Janji, dua tahun lagi, I beat them. Pesawat terbang pertama yang punya fly by wire adalah Airbus A-300, kedua N-250, ketiga Boeing 777.
Yang namanya Bacharuddin tidak beda dengan Anda. Saya doakan dari generasi Anda ada yang lebih baik ketimbang Habibie. Selama saya masih bernapas, saya usahakan ada yang lebih baik.
Maskapai-maskapai itu, seperti Anda dan saya, memikirkan kepentingan nasional. Mereka tahu, kalau misalnya beli produksi dalam negeri, berarti membantu rakyat Indonesia lebih banyak mendapat jam kerja, lapangan kerja. Akibatnya, lebih banyak passenger yang pakai pesawat terbang. Yang kita inginkan adalah orang-orang Indonesia kualitasnya meningkat karena dia bekerja. Kalau Anda enggak bekerja, kan susah.
Sudah berapa persen pengembangan R80?
Kami sedang membuat pesawat terbang sudah tahu bentuknya bagaimana. Yang kami butuhkan adalah mengadakan negosiasi dengan engineer. Itu sudah dimulai dengan yang membuat landing gear. Anda punya mobil Toyota atau Daimler-Benz kan peleknya bukan buatan Daimler-Benz. Itu namanya perusahaan penunjang. Kami lagi bernegosiasi dengan mereka.
Seperti apa spesifikasi R80?
Ini seperti N-250 tapi 80 seater. Tentunya engine lebih modern, lebih kuat, dan lebih murah. Karena pakai propeller, jadi lebih efisien, rasio bypass-nya 1 : 40. Orang mau terbang dari Jakarta ke Surabaya dengan 80 seater biasanya butuh 1,5 jam, sedangkan saya butuh 2 jam tapi harganya setengah. Makin tinggi harga BBM, makin unggul saya. Anda di pesawat, sudah takeoff, buka laptop boleh-boleh saja. No problem.
R80 kan kelanjutan dari N-250. Kalau N-2130?
Kalau R80 sudah selesai, saya akan memikirkan membuat yang 100 atau 160 seater. Saya juga bisa buat jet, tapi jet boros. Saya bisa bikin lebih murah dan aman. Cuma, bedanya, kalau jet terbangnya 33 ribu feet, ini 27 ribu feet dan 20 persen lebih pelan tapi operating cost 50 persen lebih murah. Itu sasarannya.
Ke depan, bisa masuk industri mesin pesawat?
Tunggu dulu, itu penghabisan. Saya bilang mulai pada akhir dan berakhir pada awal. Tidak ada engine yang terbang sendiri. Tidak ada pfeortou-fsoatoh: raaachnm apne/dseatikwfoatot terbang yang membuat engine sendiri. Boeing, Airbus, nobody. Membuat pesawat saja susah. Biar enggak ada monopoli, airline pun memilih mana yang cocok. Misalnya saya hanya mau after sales dari engine Pratt and Whitney, boleh. Kami bernegosiasi.
Untuk R80?
Dengan Pratt, Rolls-Royce, General Electric, dan yang lain kami melakukan negosiasi.
Selain pesawat komersial, akan membuat pesawat tempur?
Tidak, kami hanya mau pesawat komersial. Enggak mau pesawat tempur, ngapain?
Kita kan sedang menjalin kerja sama dengan Korea untuk pesawat tempur?
Itu salah. Sekarang di-freeze, kan? Itu omong kosong, wrong. (Lebih baik) uang itu kasih saja sama DI (Dirgantara Indonesia).
Jadi omong besar kalau Korea mau transfer teknologi?
Dari mana? Dia enggak unggul di bidang itu. Commercial airplane pun kita lebih unggul.
Korea malah pernah beli CN-235, ya?
Iya. Dulu itu Pak Chappy (Marsekal Chappy Hakim, KSAU periode 2002-2005), kamu tahu, to? Dia pernah ke Korea melihat suatu proyek. Terbang naik helikopter tapi cuacanya jelek. Ada pesawat terbang VIP bagus dan paling aman untuk menjemput. Datang, dan dia naik. Korea bilang, ini buatan kamu: CN-235.
Untuk kondisi Indonesia lebih cocok jet atau propeler?
Dua-duanya dibutuhkan. Kereta api saja ada yang ekspres dan yang pelan. Yang ekspres lebih mahal, begitu, kan?
Ada rencana mengembangkan pesawat yang bisa takeoff atau landing vertikal?
Terlalu mahal. Saya pernah ikut di situ. Tapi ngapain? Itu untuk perang. Kan bagus untuk lapangan terbang dengan landasan pendek? Enggak, itu memang untuk tempur. Untuk penumpang, bisa pakai short takeoff-landing, seperti Casa-212 dan CN-235 bisa di situ. Kalau tidak ada lapangan terbang, kita suruh orang cari tempat, terus dia buat kayak lapangan bola. Panjangnya katakanlah 1,5 kilometer, sudah cukup. Itu lebih murah. Sama juga ada yang omong lebih baik pakai pesawat amfibi yang mendarat di laut. Tapi, kalau dari situ masih 100 kilometer, bagaimana? Yang praktis saja. Sumber:Majalahdetik, Kustiah, Hidayat Setiaji, Suhendra, Deddy Sinaga | Sudrajat
Belum ada tanggapan untuk "R80 bakal lebih canggih dan efisien ketimbang pendahulunya"
Post a Comment
Kritik dan Saran yang membangun dari Anda sangat KAMI harapkan.
Silahkan isi KOMENTAR anda yang membangun untuk kemajuan dan koreksi di blog ini. No Sara, No Racism