Saturday, January 10, 2015

Kapten Chesley Hero of the Hudson

Aksi Kapten Chesley yang berhasil mendaratkan pesawat di Sungai Hudson menjadi berita utama di halaman depan sejumlah surat kabar, 16 Januari 2009. Kala itu pesawat membawa 150 penumpang.

KAPTEN Chesley B. “Sulley” Sullenberger hampir tak percaya pada nasib sial yang dia alami hari itu, 15 Januari sore enam tahun lalu. Saat itu, pilot senior maskapai US Airways tersebut baru sekitar dua menit membawa pesawatnya lepas landas dari Bandara LaGuardia, New York, ketika mereka berpapasan dengan kawanan bebek Kanada.

Pesawat Airbus 320 dengan kode udara Cactus 1539 yang mengangkut 150 penumpang dan lima orang awak itu baru mencapai ketinggian sekitar 820 meter dan masih terus menanjak menuju ketinggian 15 ribu kaki atau sekitar 4.600 meter. “Aku melihat sekawanan burung, memenuhi seluruh pandangan, dari kiri ke kanan, ada burung-burung besar. Terlalu dekat untuk menghindar,” Sulley mengenang. 

Dan Kapten Sulley tak mungkin lagi menghindar dari nasib buruk. “Kalian bisa mendengarnya saat itu terjadi. Pesawat seperti dihantam hujan deras,” kata Kapten Sulley, kini 63 tahun. Entah berapa banyak bebek Kanada yang tersedot mesin jet Airbus 320. Bau bebek terbakar sampai masuk saluran udara ke kabin penumpang.

Kapten Chesley Hero of the Hudson
Kapten Chesley Hero of the Hudson

Mantan pilot pesawat tempur di Angkatan Udara Amerika itu segera mencium gelagat tak beres di kedua mesin jet pesawatnya. Daya dorong mesin langsung hilang dan pesawat mulai menghunjam, turun dengan sangat cepat. Kedua mesin jet pesawat itu ternyata mati total. Mesin mati di ketinggian rendah di atas kawasan padat penduduk. Apa lagi mimpi yang lebih buruk bagi Kapten Sulley? Dia dan kopilot Jeffrey B. Skiles tak punya banyak waktu untuk berpikir. Kapten Sulley segera menghubungi menara kontrol New York, memberitahukan yang terjadi pada pesawatnya. “Mayday...mayday… ini Cactus 1539, kami kehilangan daya dorong kedua mesin dan akan putar kembali ke LaGuardia,” kata Kapten Sulley.

Petugas menara kontrol di LaGuardia, Patrick Harten, segera meminta semua pesawat yang hendak lepas landas dibatalkan, dan mempersilakan Kapten Sulley mendarat kembali di landas pacu 13. “Kami tak bisa, mungkin akan berakhir di Sungai Hudson,” jawab Kapten Sulley, spontan, setelah melihat indikator pesawat. Melihat posisi dan kecepatan turun pesawat, dia tahu, risikonya sangat tinggi jika dia kembali ke La- Guardia dengan melewati permukiman padat penduduk.
Kapten Sulley sempat mempertimbangkan untuk mendaratkan pesawat di Bandara Teterboro yang lebih dekat. Namun dia tak yakin pesawat bisa mencapai Teterboro. “Kami akan mendarat di Hudson,” kata Kapten Sulley setelah terdiam beberapa detik. “Maaf, bisa katakan sekali lagi, Cactus?” petugas menara kontrol tak yakin dengan yang dia dengar.
Ya, Kapten Sulley berniat mendaratkan pesawat Airbus 320 dengan 150 penumpang di Sungai Hudson. Satu menit kemudian, tepat pukul 15.30:38 waktu New York, Kapten Sulley memberi tahu awak kabin dan penumpang untuk bersiap mendarat darurat di Sungai Hudson. “We’re gonna brace,” kata Kapten Sulley. Singkat dan tenang. Awak kabin segera memerintahkan semua penumpang bersiap. “Tundukkan kepala… tundukkan kepala….” Sebagian penumpang berdoa dan terus berdoa. “Ya Tuhan, ampuni dosa-dosa kami.” Sungguh luar biasa, tanpa satu pun mesin bekerja, pesawat dengan 155 orang di dalamnya itu bisa mendarat utuh dan selamat di Sungai Hudson. Semua penumpang dan awak selamat, hanya dua orang yang mengalami luka ringan. “Saat pesawat menghantam permukaan sungai, aku merasa seolah-olah berada dalam sebuah kapal.... Sungguh satu keajaiban kami semua bisa selamat,” Bill Campbell, salah satu penumpang, mengenang.

We’re gonna brace
We’re gonna brace

Menurut data Aviation Safety Network, sejak terbang perdana pada 1988, keluarga pesawat Airbus 320 terlibat dalam 54 kali kecelakaan, 11 di antaranya mengakibatkan korban jiwa. Hingga akhir November lalu, menurut keterangan tertulis Airbus, ada 6.053 pesawat seri Airbus 320 yang dioperasikan oleh 300 maskapai di seluruh dunia dan telah terbang 85 juta kali. Keluarga Airbus 320 merupakan salah satu seri pesawat komersial paling laris dalam sejarah. Jika ditilik dari data tersebut, hanya terjadi 1 kali kecelakaan setiap 1,5 juta kali penerbangan dengan Airbus 320. Adapun pesawat Airbus 320-200 AirAsia QZ8501, yang dibuat pada Oktober 2008, menurut Airbus, telah terbang 13.600 kali selama 23 ribu jam.

Bandingkan dengan catatan Boeing 737-400, salah satu anggota keluarga Boeing 737 Classic, pesaing utama Airbus 320. Hingga hari ini, pesawat Boeing ini sudah terlibat dalam 29 kali kecelakaan dan delapan di antaranya mengakibatkan korban jiwa.

Agak berlebihan barangkali, tapi juga tak salah apa kata Neil Hansford, konsultan penerbangan di Strategic Aviation Solutions. Jika ditilik dari data itu, tak ada soal dengan Airbus 320. Menurut Neil, pesawat Airbus 320 seperti yang dipakai AirAsia sudah dilengkapi ruparupa perangkat untuk menghadapi kondisi cuaca yang sangat buruk sekalipun. “Serangan petir tak akan membuatnya jatuh. Dengan satu mesin sekalipun, kalian juga masih bisa menerbangkannya,” kata Hansford beberapa hari lalu. (dikutip dari berbagai sumber).

No comments:

Post a Comment

Kritik dan Saran yang membangun dari Anda sangat KAMI harapkan.

Silahkan isi KOMENTAR anda yang membangun untuk kemajuan dan koreksi di blog ini. No Sara, No Racism