Pada artikel sebelumnya kami telah tuliskan
kronologi hilangnya pesawat AirAsia. Berikutnya sampai sekarang ini keberadaan pesawat AirAsia ini masih simpang siur.
Badan SAR Nasional (
Basarnas) menduga, perlengkapan
emergency locator transmitter (
ELT) yang berada pada pesawat AirAsia QZ8501 yang hilang mengalami masalah.
Kenapa ELT AirAsia ini bermasalah karena jika pesawat jatuh ke daratan atau lautan, maka alat tersebut seharusnya akan memberi sinyal darurat ke kantor Basarnas. Sementara itu, ELT pada pesawat AirAsia tidak memberikan sinyal sama sekali. Ini berarti, ELT di pesawat AirAsia ada masalah," kata Deputi Bidang Operasi Basarnas Tatang Zaenudin di Kantor Basarnas, Jalan Angkasa, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Tatang mengatakan, pihaknya menargetkan dapat menemukan pesawat dalam tujuh hari. Pencarian dilakukan mulai dari timur Belitung hingga sebelah barat Sampit, Kalimantan. Ia pun telah menyampaikan hal ini kepada TNI AU, TNI AL, termasuk pasukan yang berada di wilayah lokasi yang diduga jadi tempat jatuhnya pesawat.
"Besok kami kepung lokasi itu, dari utara, barat, timur, dan selatan, termasuk dengan menggunakan pesawat udara, ada 2 helikopter, pesawat Boeing 737 penginderaan, dan bantuan dari pihak Singapura, Malaysia, dan Australia," kata Tatang.
Sekadar informasi, pesawat AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura menghilang dari radar pendeteksi pesawat pagi tadi, dan secara resmi dinyatakan hilang pada 07.55 WIB.
Pesawat bertipe Airbus A320-200 PK-AXC tersebut membawa 155 penumpang, 2 pilot, dan 5 kru kabin. Dari total 162 orang yang berada dalam pesawat, mayoritas merupakan warga negara Indonesia, yakni sebanyak 156 orang. Sementara itu, 3 orang dari Korea Selatan, 1 Prancis, 1 Singapura, dan 1 Malaysia.
Helikopter TNI Angkatan Udara jenis Super Puma SA 332 mendeteksi adanya tumpahan minyak pada radial 090 derajat berjarak 105 mile sebelah timur pulau Belitung. Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara (AU) Marsekal Pertama TNI Hadi Tjahjanto mengatakan tumpahan minyak tersebut menjadi fokus pencarian tim pada saat ini.
|
Masih simpang siurnya keberadaan pesawat AirAsia |
"Kita sedang consern pada radial 090 jarak 105 mile wilayah sebelah timur pulau Belitung ada tumpahan minyak," katanya di posko Halim Perdanakusuma Jakarta, Senin (29/12/2014). Untuk meyakinkan apakah tumpahan minyak tersebut merupakan bahan bakar avtur daripada pesawat Airasia QZ8501, TNI AU menerbangkan dua pesawat hercules dan CN295.
"Saat ini kita masih terbang di sana hasilnya belum ada, kita tunggu saja apakah benar. Kalau benar itu pertanda baik untuk kita semua, segera menemukan dimana tempat yang tepat exact location nya pesawat Airasia," ujarnya.
Namun pada jalur tersebut, lanjut Hadi, tumpahan minyak bisa juga berasal dari kapal pengangkut minyak yang melewati selat Karimata. Kebetulan koordinat yang dilaporkan merupakan arus lalu lintas kapal besar. "Itu jalur pelayaran menuju selat Karimata," jelas Hadi.
Sebelumnya TNI AU juga telah menerima laporan sinyal ELT dari pesawat Orion Australia pada radial 227 derajat berjarak 108 mile barat daya Pangkalanbun namun tidak ditemukan apa pun di sana. Basarnas juga melaporkan ada sinyal lemah ELT di radial 294 derajat berjarak 25 mile sebelah barat pulau Belitung. Namun pesawat milik TNI AU juga tidak menemukan apa-apa di lokasi tersebut.
Pengamat penerbangan dari majalah Angkasa, Dudi Sudibyo, mengatakan, pesawat terbang modern dilengkapi dengan Aircraft Communications Addressing and Reporting System (ACARS). Alat ini mengirimkan data penerbangan ke petugas maskapai dan data mesin ke pabriknya secara real time. ”Alat ini memandu dan memantau pesawat sejak lepas landas, menjelajahi ketinggian, hingga mendarat di tujuan,” kata Dudi.
|
Melacak pesawat yang hilang |
Sebaliknya, petugas di darat akan mengirimkan data pendukung penerbangan, seperti prakiraan cuaca di depan perjalanan. Jika pesawat akan menyeberangi lautan luas, navigasi pesawat akan dibantu satelit agar posisi pesawat tetap di jalurnya.
Mantan Presiden Asosiasi Pilot Garuda, yang juga pilot Airbus A330, Stephanus G Setitit, menambahkan, selain ACARS, pesawat memiliki transponder (radar sekunder) yang memancarkan sinyal dari pesawat ke radar primer yang ada di pengendali lalu lintas penerbangan (ATC) di bandar udara. Sinyal ini memberitahukan posisi pasti pesawat. ”Radar sekunder digunakan untuk mendeteksi awan di depan pesawat,” ujarnya.
Sinyal transponder bisa ditangkap radar militer untuk kepentingan pertahanan negara. Syaratnya, pesawat masih berada pada jangkauan radar itu. Baik ACARS maupun transponder terletak di kokpit pesawat dan bisa dimatikan. Dalam kasus pesawat MH370, ACARS mati sebelum pesawat mencapai pantai timur Semenanjung Malaya dan transponder mati saat pesawat berada di perbatasan wilayah udara Malaysia dan Vietnam.
”Walau kedua alat itu mati, pesawat tetap bisa terbang normal. Hanya, pergerakannya tidak bisa dipantau petugas di darat,” kata Stephanus.
ACARS dan transponder tidak menunjukkan posisi jatuhnya pesawat. Posisi jatuhnya pesawat biasanya dideteksi dari sinyal yang dipancarkan ELT. ELT disimpan di ekor pesawat dan akan aktif jika pesawat mengalami benturan keras. Durasi sinyal yang dipancarkan ELT hanya 24 jam. Sinyal ini akan ditangkap satelit dan disampaikan ke tim SAR terdekat untuk meminta bantuan penyelamatan. Sinyal ELT dipastikan akan terdeteksi di mana pun pesawat itu jatuh.
Sejenis dengan ELT, ada Underwater Locator Beacon (ULB) yang disimpan di dekat kotak hitam di ekor pesawat. Sinyal ULB aktif hingga 30 hari sejak tumbukan dan dapat ditangkap satelit meski pesawat tenggelam di dasar laut.
Ahli desain operasi perawatan pesawat terbang Program Studi Aeronautika dan Astronautika Institut Teknologi Bandung, Hisar Manongam Pasaribu, mengatakan, kedua penunjuk lokasi jatuhnya pesawat bisa saja tidak aktif saat pesawat jatuh dan mengalami tumbukan. Berdasarkan data statistik, 81-83 persen ELT hidup saat terjadi tumbukan. Artinya, ada potensi 17-19 persen ELT tidak aktif walau pesawat jatuh.
”Banyak hal bisa memicu tak aktifnya ELT, bisa jadi karena sengaja dirancang aktif pada benturan sangat tinggi, dayanya habis atau kemungkinan lain yang belum diketahui,” katanya. Berbeda dengan ACARS dan transponder, ELT tidak bisa dimatikan.
Hingga kini, hilangnya pesawat Air Asia A 320 dengan nomor penerbangan QZ8501 masih belum ada titik terang. Keberadaan nya masih simpang simpang siur apakah hilangnya dil laut ataupun di darat. Spekulasi yang beredar adalah, pesawat rute Surabaya-Singapura ini kemungkinan hilang di perairan Belitung, Bangka Belitung.Dikutip dari berbagai sumber.
Belum ada tanggapan untuk "Masih simpang siurnya keberadaan pesawat AirAsia"
Post a Comment
Kritik dan Saran yang membangun dari Anda sangat KAMI harapkan.
Silahkan isi KOMENTAR anda yang membangun untuk kemajuan dan koreksi di blog ini. No Sara, No Racism